AERODINAMIKA MOBIL DAN BENTUK BODI KENDARAAN
Nama :
Fredy
Nurmansyah 15504241035
Angga
Wilu Utomo 15504241036
Dwi
Ahmad Arif 15504241037
AERODINAMIKA
MOBIL DAN BENTUK BODI KENDARAAN
Dinamika fluida
adalah subdisiplin dari mekanika fluida yang mempelajari fluida bergerak.
Fluida terutama cairan dan gas. Penyelesaian dari
masalah dinamika fluida biasanya melibatkan perhitungan banyak properti dari
fluida, seperti kecepatan, tekanan, kepadatan, dan suhu, sebagai fungsi ruang
dan waktu.
Dinamika fluida adalah ilmu yang mengklasifikasikan
berbagai cairan dan gas dalam arah yang sama (Anderson, John D., Jr. (1986)).
Secara umum, dinamika fluida dibedakan menjadi tiga,
yaitu
o Hydrodynamics,
membahas laju aliran cairan
o Gas dynamics,
membahas laju aliran gas
o Aerodynamics,
membahas laju aliran udara
Aerodynamics (aerodinamika)
didefinisikan sebagai dinamika dari gas-gas, khususnya interaksi antara obyek
yang bergerak dengan udara sekitarnya. [Anderson, John D., Jr. (1986)] Ilmu ini
sangat berguna dalam dunia kerja, dunia perancangan suatu sistem. Permodelan
aerodinamika ini dapat dianalisa dengan perhitungan secara analitik. Banyaknya
variabel yang terkandung dalam penganalisaan aerodinamika menyebabkan
perhitungan secara analitik rumit dan komplek. Tetapi perhitungan secara
analitik yang rumit dan komplek tadi dapat dihindari, cara yang lebih mudah
dapat ditempuh dengan melakukan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan digunakan
untuk menyusun formulasi empiris serta penganalisaan data.
Aerodinamika dapat
diterapkan untuk menganalisis kendaraan yang digunakan manusia, seperti mobil
dan pesawat. Keduanya memiliki kesamaan mendasar yang sama, yaitu hambatan
aerodinamik yang rendah, dan keseimbangan gaya dan momen pada masing-masing
aksis tegak lurus terhadap arah gerak maju untuk mendapatkan kemampuan
pengemudian yang baik atau stabilitas terbang. Keduanya juga memiliki perbedaan
yang signifikan, yaitu aerodinamika pesawat terbang banyak dirancang dan
dibentuk berdasarkan teori sedangkan aerodinamika mobil hampir seluruhnya
diselesaikan dengan metode eksperimental.
Aerodinamika
Otomotif
Fenomena aliran
pada kendaraan digolongkan menjadi 3 bagian yaitu
o aliran udara
sekeliling kendaraan dimana aliran bekerja pada bagian luar kendaraan yaitu
berupa aliran yang berinteraksi dengan seluruh bentuk permukaan kendaraan
o aliran yang
masuk ke dalam ruang kendaraan sebagai pendingin mesin, radiator dan sirkulasi
udara dalam ruangan penumpang
o aliran internal
adalah aliran yang berada dalam mesin itu sendiri seperti aliran fluida di
dalam radiator, blok mesin, pada sistem transmisi kendaraan.
Oleh karena
batasan penganalisaan hanya pada perancangan untuk membentuk kontur mobil
dengan dimensi yang mini guna mendapatkan gaya hambat, gaya angkat yang minimal
dengan tujuan menghemat bahan bakar maka dalam pembahasan tidak menyangkut
aliran internal.
Dengan jenis pembahasan yang demikian, maka ada beberapa prinsip-prinsip
mekanika fluida yang digunakan dalam pembahasan. Antara lain adalah prinsip
kekekalan momentum, persamaan Bernoulli, Boundary layer, separasi, serta hubungan
antara bilangan Reynold dengan koefisien drag.
Kekekalan Momentum -- Prinsip kekekalan momentum dinyatakan dengan
persamaan dengan gaya F dinyatakan sebagai :
1.
Body force (FB) berupa gaya gravitasi, gaya elektromagnetik dan gaya-gaya lain yang
bekerja di dalam benda.
2.
Surface force (FS) berupa tekanan dan gaya geser yang bekerja pada control surface.
Karena P=momentum
dinyatakan dengan maka persamaan gaya F dinyatakan sebagai
Persamaan Bernoulli -- Persamaan
Bernoulli memiliki formulasi . Nilai dari
persamaan ini berharga konstan sepanjang memenuhi persyaratan garis aliran (streamline)
pada kondisi aliran steady, tanpa gesekan, dan aliran incompressible.
Tiap suku memiliki dimensi (L t)2 atau N.m kg , dimana :
sehingga persamaan
Bernoulli tersebut merupakan energi per satuan massa. Bila dibagi dengan g
diperoleh :
dimana dapat dibaca
sebagai energi per unit berat, atau dalam bentuk lain diperoleh :
yang penggunaannya
lebih spesifik untuk aliran gas, bila perubahan ketinggian tidak terlalu dipentingkan
dan nilai dapat diabaikan.
Boundary Layer -- Boundary layer merupakan suatu daerah dimana kecepatan aliran berkurang dari kecepatan
bebas tanpa gesekan pada batas luar daerah tersebut sampai tidak ada kecepatan
sama sekali. Ketika aliran terseparasi pada bagian belakang kendaraan, boundary
layer terdispersi dan keseluruhan aliran teratur hanya oleh karena efek
viskositas. Boundary layer timbul akibat adanya efek gesekan aliran
antara partikel udara dengan permukaan benda. [Hucho, Wolf-Heinrich (1987)]
Konsep boundary
layer berlaku apabila Reynold number, parameter tanpa dimensi ini
mempunyai nilai .
Persamaan ini adalah
fungsi kecepatan dari kendaraan ( ), viskositas kinematik (v) dari fluida
dan panjang karakteristik dari kendaraan (l).
Gambar 1 Boundary Layer
Aliran dalam sebuah boundary
layer sepanjang plat tipis datar diperlihatkan pada gambar 2 Berhubungan
dengan aliran eksternal yang sejajar dengan streamlines memiliki
kecepatan dan tekanan yang homogen.
Viskositas aliran bersifat tanpa slip sama sekali sepanjang dinding. Di bagian
plat depan dari aliran boundary layer dalam keadaan steady dan
hampir paralel dengan dinding. Keadaan ini disebut sebagai aliran laminar.
Meningkatnya ketebalan boundary layer dapat didekati dengan rumus
Dengan meningkatnya
jarak x dan viskositas kinematik v dan menurunnya kecepatan
aliran bebas ∞ V , ketebalan boundary layer bertambah.
Gambar 2 Boundary layer di sepanjang sebuah plat tipis datar
Kondisi aliran
laminar dari boundary layer stabil terhadap gangguan hanya untuk
beberapa kondisi. Pada jarak dari garis transisi, kondisi aliran turbulen.
Transisi antara aliran laminar dan aliran turbulen ditentukan oleh angka
Reynold. Untuk kondisi plat datar, transisi terjadi pada
Tetapi angka ini
hanya berlaku pada tekanan yang tidak memiliki gradien dalam aliran eksternal.
Dalam kasus tekanan yang memiliki gradien, tekanan melemah dalam menuju ke
aliran laminar yang stabil dimana dapat menyebabkan aliran transisi yang dini
untuk menuju ke kondisi aliran turbulen dalam boundary layer.
Kecepatan aliran
turbulen mempengaruhi kondisi aliran itu sendiri sehingga secara terpisah dapat
mempengaruhi viskositas dari fluida. Maka dari itu, ketebalan boundary layer
sepanjang plat datar meningkat dengan lebih cepat dari titik transisi yang
dirumuskan dengan
Gambar 3 Aliran turbulen pada boundary layer
Benda yang bergerak
selain memiliki boundary layer, juga akan mengalami separasi. Fenomena tersebut
terjadi ketika peningkatan tekanan dalam arah aliran pada boundary layer menyebabkan terjadinya aliran balik. Gambar 4
memperlihatkan profil aliran searah kecepatan dan aliran terbalik terhadap
profil kecepatan, yang menyebabkan streamline
(fenomena separasi). Kondisi pada titik separasi ditentukan oleh . Tipe aliran
dibatasi oleh angka Reynold, dimana:
·
Aliran laminar untuk dengan angka
·
Aliran turbulen untuk dengan angka
·
Untuk aliran dengan angka , drag berkembang secara asimtotik, dimana adalah fungsi dari angka Reynold, koefisien
gaya hambat
Gambar 4 Separasi aliran dari boundary layer pada permukaan
Beberapa kondisi pada
angka Re telah diteliti dan didokumentasikan oleh para ahli. Kondisi tersebut
adalah sebagai berikut :
o Untuk Re <<
1. Aliran dalam jeda ini terpelihara asimetri, dan pada kedua sisi tersebut
tidak ada separasi aliran. Drag force pada silinder sepenuhnya
disebabkan oleh hambatan deformasi.
o Untuk 4 ≤ Re ≤ 40 . Dalam jeda ini,
aliran terseparasi, menyebabkan dua vortex yang besar di belakang
silinder. Vortex ini terpelihara menempel pada silinder sampai Re diatas
40. Aliran masih asimetri terhadap arah aliran. Drag force bertambah
seiring dengan Re, tetapi lift force masih belum ada.
o Untuk 40 ≤ Re ≤ 150 . Dalam jeda ini,
aliran simetri hampir menghilang seluruhnya.
o Untuk 200 ≤ Re ≤ 400 . Aliran dalam vortex
berubah dari laminar menjadi turbulen. Transisi ini dikenal sebagai daerah
transisi Tritton.
o Untuk 400 ≤ Re ≤ 3.105 . Von Karman
Vortex street muncul dengan pola antisimetri.
o Untuk 3.105 ≤ Re ≤ 5.105 . Aliran
berubah dengan cepat, aliran dapat berupa subkritis, kritis transisi dan
superkritis. Berhubungan dengan keadaan tersebut dapat merubah juga drag
force dan lift forcenya.
o Untuk 5.105 ≤ Re ≤ 3.106 . Aliran
seluruhnya pada fase superkritis, dan titik separasi bergerak mundur, lebar wake
mengecil dan koefisien drag turun drastis. Penurunan drag ini
dikenal dengan “drag crisis”.
o Untuk Re ≥ 3.106 . Drag meningkat
dari titik terendah pada fase krisis drag tetapi masih lebih kecil
daripada drag yang diteliti pada angka Re yang lebih rendah. Aliran yang
terbentuk seluruhnya turbulen.
Indikasi
terjadinya drag (gaya hambat) adalah
perbedaan kutub tekanan antara bagian depan kendaraan dengan bagian belakang
kendaraan. Semakin besar perbedaan tekanan pada kendaraan yang sedang melaju,
semakin besar drag force-nya. Besarnya drag force ini sebanding
dengan besarnya kecepatan kendaraan.
Indikasi terjadinya
lift force (gaya angkat) adalah
perbedaan kecepatan aliran pada bagian atas kendaraan dibandingkan dengan
bagian bawah kendaraan. Streamline yang rapat mengartikan bahwa kondisi
aliran tersebut pada kecepatan tinggi dan konsekuensinya didapati tekanan
statis yang rendah. Perbedaan tekanan antara sisi atas dan sisi bawah dari
kendaraan menyebabkan gaya resultan yang arahnya ke atas tegak lurus dengan
arah gerakan dinamakan dengan lift. Gaya ini dapat mengurangi kestabilan
arah kendaraan dan merubah karakter kendaraan.
Bagaimanapun juga
beban pada roda dan stabilitas kendaraan baik kecil maupun besar sangat
dipengaruhi oleh lift. [Hucho, Wolf-Heinrich (1987)] Rancangan bodi
kendaraan yang baik seharusnya terbeban dengan drag force yang
kecil dan lift force yang kecil juga supaya gaya dan momen akibat gaya
aerodinamik tetap kecil yang menyebabkan arah kestabilan kendaraan tetap
terjaga dan tidak terlalu berpengaruh walaupun terhadap arah angin yang
melintang.
Rancangan dimulai
dengan model baik dengan perbandingan penuh maupun dengan skala kecil pada
bagian permodelan. Kemudian dilanjutkan dengan pengoptimalan bentuk yang
disebut dengan tahap “detail optimization”.
Tahap ini dilakukan eksperimen dalam terowongan angin.
Aliran eksternal
pada bodi kendaraan diperlihatkan pada gambar 5. Dalam
kondisi angin yang diam, kecepatan aliran bebas V∞ adalah
kecepatan dari kendaraan. Dalam keadaan aliran tanpa separasi, efek viskositas
dari fluida terbatas pada lapisan tipis beberapa milimeter yang disebut dengan
lapisan batas (boundary layer).
Gambar 5 Aliran udara di sekitar kendaraan
Pola Aliran Sekitar
Kendaraan
Bidang kontak sebuah
kendaraan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu yang pertama bidang kontak
kendaraan dengan aliran angin dan yang kedua kontak kendaraan dengan permukaan
jalan. Saat
sebuah kendaraan bergerak, melaju dengan kecepatan konstan maka terjadi
kecepatan relatif antara kendaraan dengan permukaan jalan dan relatif terhadap
aliran angin. Jika seolah-olah angin tidak bergerak, maka kecepatan relatif
kendaraan dengan permukaan jalan sama dengan kecepatan relatif kendaraan dengan
aliran angin. Jika angin tersebut bergerak dan mempunyai kecepatan tertentu
maka terdapat 2 kecepatan relatif yaitu kecepatan relatif antara kendaraan
dengan permukaan jalan dan kecepatan relatif kendaraan dengan angin yang
berhembus. Pada pendekatan aerodinamika, angin diasumsikan tidak bergerak,
menjadi satu kesatuan antara atmosfir dan permukaan jalan dan kecepatan
kendaraan diasumsikan konstan. Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan
arodinamika. [Hucho, Wolf-Heinrich. (1987)]
Fenomena
aerodinamika kendaraan didasari oleh kecepatan relatif dari udara disepanjang
bentuk bodi kendaraan. Fenomena tersebut diperlihatkan pada gambar 2.
Gambar 6 Pola aliran udara di sekitar kendaraan
Gambar 6
memperlihatkan sebuah partikel A, yaitu komponen kecil dari udara dengan
kecepatan relatif terhadap sumbu x (axis) yang terletak pada kendaraan yang
bergerak dan menyusuri alur tertentu
disebut dengan streamline. Jika tidak ada angin yang berhembus dan kecepatan
kendaraan adalah konstan maka partikel A yang lain akan menyusuri jalur yang
sama, demikian juga dengan partikel udara yang lain secara kontinu. Hal ini
berlaku pada semua partikel udara yang lain yang melalui partikel A.
Streamline merupakan
garis-garis yang dibuat sedemikian rupa di dalam medan kecepatan, sehingga
setiap garis-garis tersebut akan searah dengan aliran disetiap titik di dalam
medan aliran tersebut. [Sutantra, I Nyoman (2001)]
Gaya Aerodinamik
Gaya aerodinamik
dapat dinyatakan sebagai akibat dari aliran udara pada suatu permukaan dari
suatu benda seperti pesawat, kereta api, helikopter, mobil dan sebagainya, yang
bersumber dari :
1. distribusi
tekanan (pressure distribution) pada permukaan.
2. tegangan geser (shear force)
pada permukaan.
Gambar 7 Vektor gaya pembentuk gaya aerodinamika
Gambar 7
memperlihatkan adanya distribusi tekanan yang dikerjakan fluida pada permukaan
objek. Panjang panah menunjukkan besar tekanannya. Perbedaan tekanan antar
titik tersebut menunjukkan beda tekanan, sehingga menimbulkan gaya aerodinamik.
Sumber kedua adalah tegangan geser yang terjadi pada permukaan benda, yang berasal
dari efek gesekan fluida yang melawan bidang permukaan benda. Tegangan geser didefinisikan sebagai gaya yang bekerja searah
tangensial permukaan per unit luasnya sehingga mengakibatkan terjadinya
gesekan. Juga terjadi pada titik-titik yang memiliki besar yang berbeda-beda
bergantung dari letak titik-titik tersebut. Jumlah dari gaya-gaya ini
mengakibatkan terjadinya distribusi tegangan geser yang juga menimbulkan gaya
aerodinamik.
Dalam penjabaran
aerodinamika kendaraan, P dan sangat penting. Resultan distribusi P dan pada permukaan menghasilkan gaya yang
dinotasikan dengan R. Gaya R dapat diuraikan menjadi dua komponen gaya yaitu
yang paralel terhadap V dan yang tegak lurus terhadap V dimana V adalah
kecepatan udara relatif terhadap benda yang biasa disebut dengan free stream
velocity. Komponen gaya yang paralel dengan arah V disebut gaya hambat atau
drag force, sedangkan komponen gaya yang tegak lurus terhadap arah V
disebut dengan gaya angkat atau lift force.
Gaya aerodinamik yang
terjadi pada benda meliputi :
1. Aerodynamic
drag
2. Aerodynamic
lift
3. Aerodynamic
side
Selain ketiga gaya
diatas, masih terdapat momen yang bekerja pada benda tersebut, yaitu :
1. Pitching moment
2. Yawing moment
3. Rolling moment
Gambar 8 Gaya dan momen aerodinamik
Gaya Hambat
Aerodinamik (Drag Force)
Hambatan aerodinamik
merupakan gaya seret yang bekerja paralel terhadap arah aliran. Gaya hambat
atau yang disebut sebagai drag ini merupakan gaya yang menahan gerak
benda. Secara umum gaya hambat ini terjadi akibat perbedaan tekanan antara
bagian depan dan belakang benda. Besarnya gaya hambat aerodinamik dapat
diformulasikan :
Hambatan aerodinamik
mobil dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
1.
External Drag :
Body drag
Protuberance drag
2.
Internal Drag :
Engine cooling drag
Heating and ventilation drag
Component colling drag
Hambatan aerodinamik
dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Hambatan akibat tekanan yang merupakan resultan semua
tekanan normal pada bidang permukaan kendaraan.
2.
Hambatan akibat gesekan yang merupakan resultan semua
gaya tangensial pada bidang permukaan kendaraan.
3.
Hambatan akibat aliran udara pada bagian dalam.
Gaya hambat total
terdiri dari beberapa jenis gaya hambat [Scybor, Rilski (1975)] yaitu :
1.
Hambatan bentuk
Bentuk bodi mobil yang kompleks menyebabkan terjadinya distribusi tekanan
di sepanjang permukaan mobil tersebut. Selain itu, telah dijelaskan bahwa sifat
dari aliran udara memiliki viskositas maka timbul tegangan geser di sepanjang permukaan
mobil. Dengan adanya perbedaan tekanan antara bagian depan mobil dengan bagian
belakang mobil dimana tekanan positif bekerja pada bagian depan mobil dan
tekanan negatif bekerja pada bagian belakang mobil sehingga menyebabkan
timbulnya gaya hambat yang bekerja berlawanan dengan arah gerak mobil.
2.
Hambatan pusaran
Karena adanya perbedaan tekanan antara bagian atas mobil dan bagian bawah
mobil, menyebabkan timbulnya gerakan aliran udara dari permukaan bawah menuju
ke permukaan atas mobil yang berupa pusaran (vortex). Timbulnya vortex
pada mobil juga akan menghambat gerak laju mobil yang disebabkan adanya
pengaruh gaya angkat vertikal pada bodi mobil yang sedang bergerak secara
horisontal. Vortex yang terjadi akan mengubah arah lift yang
semula tegak lurus terhadap jalan menjadi miring ke belakang dengan sudut yang
relatif kecil ε. Timbulnya defleksi ke arah belakang dari gaya angkat
menyebabkan terjadinya komponen induced drag dalam arah horisontal. Induced
drag adalah gaya hambat aerodinamik yang ditimbulkan akibat gaya angkat
aerodinamik yang mengalami defleksi dengan adanya aliran pusaran yang terjadi
pada bagian belakang mobil, yang besarnya adalah
3.
Hambatan tonjolan
Gaya hambat yang disebabkan oleh adanya tonjolan profil tertentu pada bagian
permukaan bodi mobil seperti kaca spion, pegangan pintu, antena dan aksesori
lainnya.
4.
Hambatan aliran dalam
Gaya hambat oleh aliran udara yang mengalir melalui sistem pendingin mesin
yaitu radiator.
Hambatan yang paling
mempengaruhi adalah hambatan bentuk dan hambatan pusaran.
Gaya Angkat
Aerodinamik (Lift Force)
Aliran udara memiliki
viskositas yang pada jarak ground
clearance (dekat bumi) sangat kecil akan terbentuk boundary layer pada bagian bawah mobil dan boundary layer pada tanah. Boundary
layer ini akan mengadakan interaksi satu sama lain sehingga akan
memperlambat kecepatan aliran tekanan yang dihasilkan semakin besar.
Kecepatan aliran
udara pada bagian bawah juga dipengaruhi oleh profil mesin bagian bawah dan
kekasaran permukaan. Adanya berbagai tonjolan profil mesin pada bagian bawah
akan menyebabkan separasi aliran sehingga kecepatan aliran rendah dan tekanan
semakin besar.
Perbedaan bentuk
antara permukaan atas dan bawah mobil menyebabkan kecepatan aliran udara pada
bagian atas mobil lebih cepat daripada bagian bawah mobil, sehingga tekanan
pada permukaan atas mobil lebih rendah daripada permukaan bawah mobil.
Karenanya, tekanan
yang bekerja pada bagian bawah mobil secara umum lebih besar dari tekanan yang
bekerja pada bagian atas mobil, sehingga menimbulkan gaya angkat yang biasa
disebut dengan lift karena adanya desakan aliran udara dari permukaan
bawah ke permukaan atas kendaraan.
Pada mulanya aspek
gaya angkat ini tidak terlalu diperhatikan karena kecepatan kendaraan tidak
menimbulkan gaya angkat yang cukup berarti, tetapi dengan kemajuan teknologi
yang berkembang pesat dimana kecepatan kendaraan yang semakin tinggi dapat
menimbulkan masalah dalam hal stabilitas dan respon kendaraan. Semakin cepat
kendaraan melaju, semakin sulit dikendalikan. Salah satu cara untuk
mengendalikan stabilitas dan respon kendaraan adalah dengan cara memperkecil
gaya angkat yang ditimbulkan.
Besarnya gaya angkat
ini memiliki formulasi :
Dimana adalah koefisien gaya angkat.
Dari pembahasan
sebelumnya telah diketahui bahwa gaya angkat ini bekerja pada arah tegak lurus
arah aliran, pada perancangan kendaraan darat, gaya angkat diminimalkan atau
justru berharga negatif dimana pada umumnya gaya angkat ini berharga positif
yang artinya gaya ini dapat mengurangi gaya tekan ke bawah akibat berat
kendaraan itu sendiri dan faktor-faktor yang lain. Tujuan dari meminimalkan
gaya angkat ini agar kendaraan tidak mendapat defisit daya cengkeram antara
roda dan permukaan jalan. Hal ini menghasilkan kestabilan kendaraan yang baik.
Gaya Samping
Aerodinamik (Side Force)
Gaya samping
aerodinamik ditimbulkan oleh arah angin yang membentuk sudut terhadap arah laju
kendaraan. Kondisi ini dapat terjadi akibat kendaraan berbelok atau arah
hembusan angin yang membentuk sudut terhadap arah laju kendaraan.
Gaya samping
aerodinamik dapat mendorong kendaraan ke arah samping sehingga kendaraan akan
mengalami selip ke samping. Kondisi lain yang mungkin terjadi adalah apabila
gaya samping ini bekerja tidak pada titik berat kendaraan, maka akan
menimbulkan rolling moment dan yawing moment yang akan
menyebabkan kendaraan terguling maupun berbelok.
Besar gaya samping
aerodinamik ini dapat diformulasikan :
Dimana adalah koefisien gaya samping, adalah kekerapan udara , adalah luas daerah frontal , dan adalah kecepatan kendaraan relatif terhadap
kecepatan udara .
Perancangan Bentuk
Alternatif untuk merancang sebuah bentuk baru yang
hambatan aerodinamiknya rendah dapat ditempuh dengan mengawali sebuah bentuk
yang primitif, dimana bentuk tersebut hanya mewakili dimensi utama dari mobil
itu sendiri yang biasanya disebut dengan enveloping box, berisi ukuran panjang keseluruhan,
tinggi keseluruhan, wheel base, dan letak tempat duduk penumpang.
Tahap ini disebut dengan basic body. Kemudian
dikembangkan menjadi bentuk yang diinginkan sesuai dengan teori yang ada. Pada tahap
ini bentuk sudah terlihat tetapi masih belum terdapat garis-garis tajam pada
sisi-sisi mobil yang berguna sebagai penguat dari pelat pembentuk bodi luar
mobil, disebut sebagai basic shape. Pada tahap ini biasanya terjadi
kenaikan angka koefisien drag. Selanjutnya dikembangkan pada tahap basic model dimana pada tahap
ini model sudah memiliki garis-garis penguat pelat pembentuk bodi luar mobil
dan dilanjutkan pada pengoptimalan estetika mobil serta peralatan pelengkap
lain seperti kaca spion, wiper, dan sebagainya.
Gambar 9 Enveloping box
Gambar 10 Koefisien drag berdasar bentuk mobil
Untuk membentuk sebuah model yang rendah drag harus selalu memperhatikan
konsep aerodinamikanya. Detil sebuah rancangan berupa radius, kurva, taper, spoiler
dan sebagainya Seperti pada mobil VW Scirocco I dan Golf Rabbit I, dimana telah
dirancang sampai pada tahap detail optimization melingkupi beberapa perubahan bentuk
untuk mendapat koefisien drag yang paling optimal. Beberapa bagian
dari sebuah bodi mobil yang dapat dimodifikasi untuk menurunkan nilai drag secara signifikan
pada VW Scirocco I adalah bentuk ujung kap depan, siku bagian dalam bawah kap depan,
taper pilar bagian depan, ukuran tinggi rendah terhadap permukaan tanah pada
pelindung bumper bawah bagian depan, kekasaran permukaan pada bodi mobil bagian
tengah.
Gambar 11 Poin-poin pengoptimalan bentuk pada VW Scirocco I
Modifikasi bagian A dilakukan pada ujung kap mobil.
Bentuk awal kap depan mobil ini berbentuk siku tajam digambarkan oleh garis
nomor satu, kemudian dilakukan tapering pada ujung kap mobil tersebut.
Modifikasi bentuk kap bagian depan memberikan dampak penurunan drag sebesar 3%. Bagian
berikutnya adalah bagian B, siku bagian dalam, bagian bawah dari ujung kap
depan. Bentuk awal dari bagian ini digambarkan dengan garis nomor satu pada
bagian B dimana terlihat bentuk siku yang cukup tajam, modifikasi dilakukan
juga dengan tapering pada bagian tersebut dimana dampak penurunan nilai drag yang didapat
sebesar 2% dari nilai drag awal dan jika kedua modifikasi bentuk ini diterapkan, akan memberikan
dampak penurunan nilai drag sebesar 5%. Pada bagian C, disebut
dengan pilar-A, pilar kaca bagian depan dimana bentuk awal digambarkan oleh garis
nomor satu yang kemudian dimodifikasi dengan menambah kemiringan pilar-A
terhadap kaca depan, memberikan kontribusi penurunan nilai drag sebesar 4%. Pada
bagian D, yaitu pada pelindung sisi bawah bumper dilakukan modifikasi dengan
menambah ketebalan pelindung bawah sebesar 1 cm dapat memberikan penurunan
nilai drag sebesar 1%. Bagian terakhir dari proses modifikasi pada mobil VW Scirocco I
ini adalah kekasaran permukaan pada bagian bawah dari mobil diusahakan sehalus
mungkin sehingga dapat mengurangi ketebalan boundary layer
yang disebabkan
gaya geser yang berlebihan pada permukaan bawah mobil. Modifikasi pada bagian E
ini memberikan dampak penurunan nilai drag sebesar 3%. Jadi total nilai kontribusi
penurunan drag sebesar 13% didapat dari semua modifikasi yang diterapkan. Teknik ini
disebut dengan detail optimization.
Gambar 12 Perbedaan ujung tepi siku dan bulat
Pada gambar 12(a) terlihat pada ujung depan sebuah mobil
van yang mempunyai bentuk tepi tanpa radius, mempunyai nilai drag yang cukup besar dikarenakan
oleh besarnya separasi yang terjadi pada mobil tersebut. Pada model ini,
separasi terjadi mulai dari ujung depan kendaraan. Perbedaan mencolok terjadi
saat tepi bagian depan mobil ini diberi radius seperti pada gambar 12(b), nilai
drag menurun drastis dari 0.76 menjadi 0.42 yang dikarenakan tidak terjadi separasi
sepanjang bodi mobil sampai pada ujung belakang mobil dimana streamline menyatu kembali
dengan freestream velocity.
Gambar 13 Beberapa bagian kendaraan yang dapat menurunkan drag
Pada penjabaran pengaruh bentuk terhadap drag, angin melalui
sebuah permukaan mobil diasumsikan simetris walaupun pada kenyataannya
asimetris karena aliran angin akan membentuk sudut terhadap arah laju mobil.
Hal ini diakibatkan oleh arah angin natural yang selalu berfluktuasi. Secara
skematik, arah aliran yang melalui sebuah permukaan mobil diperlihatkan oleh
gambar 14.
Gambar 14 Aliran angin melalui permukaan mobil, depan
belakang serta detil skematik
Hal-hal yang Mempengaruhi
Bentuk Ideal Mobil :
1.
Pengaruh Bentuk
Belakang terhadap Koefisien Drag
v
Bentuk Belakang Ditinjau dari
Segi Pola Aliran
Gambar 15 Pola aliran pada bentuk belakang yang
berbeda-beda, skematik
Gambar 16 Macam bentuk belakang : (a) Squareback; (b) & (c) Fastback;
(d) Notchback
Dimana pola aliran squareback akan terbentuk pada konfigurasi (a),
pola aliran fastback akan terbentuk pada konfigurasi (b) dan (c), sedangkan
pada konfigurasi (d) akan terbentuk pola aliran notchback.
Gambar 17 Macam pola aliran pada bagian belakang mobil
Pola aliran notchback hanya terjadi pada mobil jenis sedan
salon yaitu jenis sedan yang memiliki ekor. Pola aliran fastback hanya terjadi pada
mobil jenis sedan hatchback, yaitu jenis sedan tanpa ekor, atau mobil jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) dimana sudut elevasi atau slope kaca bagian
belakang kurang dari 30° . Macam pola
aliran tersebut sangat mempengaruhi besarnya drag. Drag yang berhubungan dengan pola aliran fastback besarnya
berfluktuasi bergantung pada sudut inklinasi kaca belakang. Sedangkan drag yang berhubungan
dengan pola aliran squareback besarnya relatif stabil.
Gambar 18 Hubungan antara slope (sudut kemiringan) bagian belakang dengan drag
Gambar 18 menunjukkan peningkatan angka lift sampai dengan
sudut kemiringan bentuk belakang kurang lebih 30°, kemudian menurun drastis mulai sudut
kemiringan lebih dari 30°. Hal ini disebabkan oleh karena perubahan kecepatan
aliran pada bagian atas kendaraan. Pada mobil tipe fastback, kecepatan aliran
pada bagian atas ujung belakang kendaraan masih relatif tinggi sehingga tekanan
pada permukaan bagian tersebut masih relatif rendah yang menyebabkan lift masih meningkat,
ditambah juga dengan pengaruh vortex yang makin menguat pada sudut mendekati
30°.
Mulai sudut kemiringan atau slope lebih dari 30°, tipe aliran menjadi squareback, terjadi separasi
aliran yang menyebabkan kecepatan aliran menurun drastis sehingga tekanan pada
bagian belakang meningkat. Hal inilah yang menyebabkan lift menurun drastis
pada mobil jenis squareback.
v
Bentuk Belakang Ditinjau dari
Tampak Atas
Bentuk sisi samping pada bagian belakang dapat dirancang
sedemikian rupa untuk mendapatkan penurunan nilai drag. Fenomena
penurunan drag akibat pengecilan penampang pada ujung akhir dari sebuah kendaraan dapat
diidealisasikan dengan bentuk yang sederhana yaitu fluida yang mengalir pada
permukaan silinder pejal tegak lurus terhadap sumbu, dimana pada saat aliran
bersifat viscous maka ada separasi pada bagian belakang belakang silinder
dengan keadaan tertentu. Fenomena silinder pejal diterapkan pada mobil,
sehingga mobil tidak berbentuk kotak pada bagian belakang, namun menyempit
dengan sudut tertentu.
Sebelum aliran kehilangan momentum pada boundary layer-nya, pengecilan
penampang dirancang selandai mungkin tetapi dengan batas panjang kendaraan
dimana angka optimal yang didapat dari penelitian adalah 22° . Jadi dengan kata lain, jika sudut
yang dipasangkan melebihi angka tersebut, maka aliran akan mengalami separasi,
sebagai dampaknya adalah kenaikan koefisien drag.
v
Bentuk Belakang Ditinjau dari
Ukuran Panjang
Semakin panjang bagian bodi belakang, semakin landai
daerah pengecilan penampang tampak samping, maka semakin kecil pula aliran
kehilangan momentum pada boundary layer-nya, sebagai dampaknya adalah terjadi
penurunan koefisien drag.
v
Bentuk Belakang Ditinjau dari
Difuser
Penurunan nilai koefisien drag juga dapat dicapai
dengan mengatur besar penampang pada bagian bawah belakang mobil yaitu dengan
mengatur ketinggian dari sisi bawah bagian belakang. Pengaruh dari perancangan
bentuk difuser ini berlaku hanya jika halus pada permukaan bagian bawah
belakangnya.
Pengaruh Bentuk Depan
terhadap Koefisien Drag dan Lift
Bentuk depan mobil akan mempengaruhi nilai koefisien drag. Gambar 19 memperlihatkan
pengurangan nilai koefisien drag dari
suatu mobil.
Gambar 19 Beberapa modifikasi bentuk depan yang ideal
Akan tetapi nilai drag yang rendah tidak hanya dapat dicapai
dengan menambahkan ujung depan yang “ideal”, melainkan hanya memberi radius tertentu
atau memberi chamfer pada ujung depan.
Modifikasi bentuk depan pada VW Passat menunjukkan bahwa drag yang optimal tidak
hanya dicapai dengan penambahan bentuk depan yang “ideal”. Gambar 20
memperlihatkan fenomena aliran yang terjadi pada modifikasi beberapa
konfigurasi bentuk depan mobil VW Passat.
Gambar 20 Optimalisasi bentuk depan VW Passat, model tahun
1978
Pada kasus yang lain, dapat memodifikasi hanya pada
bagian kecil dari detil bagian depan mobil, tetapi menghasilkan penurunan drag yang sama dengan penambahan
ujung depan yang “ideal”.
2. Pengaruh Sudut Kap dan Kaca Depan terhadap Koefisien Drag
Gambar 21 Pengaruh sudut kemiringan kap dan kemiringan kaca
depan
Sudut kemiringan kap depan dapat menimbulkan efek
separasi, sehingga kemiringan yang tepat diperlukan untuk mengurangi nilai drag. Demikian juga dengan sudut
kemiringan kaca depan dimana fungsi dari kemiringan ini juga supaya tidak ada
efek separasi yang terjadi pada ujung depan kap atas mobil, aliran tetap
meluncur tanpa efek separasi.
Sudut kemiringan kap depan yang diperlukan untuk membuat
aliran tanpa efek separasi cukup kecil, supaya tekanan aliran udara tidak
mengalami penurunan akibat peningkatan kecepatan aliran. Sudut kemiringan kaca
depan berfungsi agar tekanan aliran yang menumbuk kaca depan tidak terlalu
besar, yang akan menyebabkan peningkatan drag. Akan tetapi kemiringan sudut yang
berlebihan tidak menyebabkan punurunan angka drag yang lebih baik.
Hal tersebut dapat diperjelas dengan contoh perbandingan yang
terdapat pada mobil Audi 100 II dan Audi 100 III dimana pada mobil Audi 100 II,
besar sudut kemiringan kaca depannya 55° , dikembangkan pada Audi 100 III dimana sudut kemiringan
kaca depannya 60.5° dan diperoleh
penurunan drag sebesar 0.009.
Gambar 22 merupakan alternatif bentuk kendaraan yang
sangat rendah koefisien drag-nya, yaitu antara 0.15 sampai dengan
0.16. Angka tersebut sudah termasuk dengan rodanya.
Gambar 22 Alternatif bentuk rendah drag
3.
Pengaruh Kecembungan Atap
terhadap Koefisien Drag
Atap dirancang sedemikian rupa hingga menjadi kokoh dan
kaku. Untuk alasan estetika, kecembungan atap dirancang sekecil mungkin. Jika
kecembungan atap ini bertambah, akan menyebabkan penurunan koefisien drag. Gambar 23
memperlihatkan hubungan antara koefisien drag dan besar daerah frontal terhadap
ketebalan kecembungan per satuan tinggi awal mobil tipe aliran belakang fastback.
Gambar 23 Pengaruh konveksitas (kecembungan) atap terhadap
koefisien drag
Sebuah rancangan atap mobil dapat dibuat tidak cembung
tetapi dengan konsekwensi biaya pembuatan yang mahal karena kaca depan dan
belakang harus dibuat sedemikian rupa sehingga kurva kaca yang berhubungan
dengan atap dapat menyatu tanpa ada belokan, sambungan antara kaca dan atap
berupa smooth curvature.
4. Pengaruh Kecembungan Bagian Samping terhadap Koefisien Drag
Kecembungan bodi bagian samping juga dapat menurunkan
nilai koefisien drag, hal ini disebabkan oleh karena dengan kecembungan tersebut, beban radius pada
siku bagian depan dapat berkurang, demikian juga dengan bentuk boat tailing yang dirancang
pada bagian belakang tidak mengalami beban yang berlebihan sehingga efeknya
adalah peningkatan tekanan pada bagian belakang kendaraan yang menyebabkan
penurunan nilai koefisien drag.
5. Pengaruh Kedalaman Celah terhadap Koefisien Drag
Kedalaman celah antara pintu ataupun kaca dapat
menimbulkan efek pada angka koefisien drag. Semakin dalamnya celah menyebabkan
peningkatan dalam angka koefisien drag, demikian juga sebaliknya.
6. Pengaruh Kekasaran Permukaan Bawah terhadap Koefisien Drag
Kekasaran pada permukaan bagian bawah kendaraan dapat
menyebabkan kenaikan angka koefisien drag. Dalam kondisi permukaan bagian bawah
yang sangat kasar, hal ini harus diatasi dengan pemberian pelindung ataupun
penutup. Tetapi hal hal ini sangat sulit diatasi oleh karena desain dari mesin,
serta komponen-komponen lain sangat bervariasi.
Gambar 24 Bagiab bawah mobil
Angka penurunan koefisien drag yang dapat dicapai
dalam kondisi tanpa desain difuser adalah 0.045. Kondisi tersebut dapat dicapai
dengan pemasangan penutup panel pada seluruh bagian bawah kendaraan. Jika
desain tersebut ditambah dengan perancangan difuser, maka nilai maksimum
penurunan koefisien drag adalah 0.07.
7. Dampak Posisi Roda Kendaraan terhadap Koefisien Drag dan Lift
Aliran udara melalui sebuah roda yang bergerak memiliki
fenomena yang cukup rumit. Koefisien drag melalui sebuah roda yang bergerak tanpa
penutup dapat dihitung dengan pendekatan rumus :
dimana :
D adalah gaya drag aerodinamik, V adalah kecepatan
tangensial roda, B adalah lebar penampang frontal roda, R adalah jari-jari
keseluruhan roda
Posisi peletakan ban yang semakin dalam pada rumah roda
dapat memperkecil koefisien drag maupun lift. Sebaiknya posisi
peletakan roda minimum setengah dari tinggi total roda karena angka koefisien drag menurun drastis
sampai pada titik h/D = 0.5, peletakan roda pada rumah roda melebihi setengah
dari ketinggian roda justru akan meningkatkan koefisien drag. Demikian juga
dengan koefisien lift yang mengalami penurunan yang drastis dari posisi peletakan roda h/D = 0.2
sampai dengan h/D = 0.25. Kemudian relatif tetap hingga pada posisi peletakan
h/D = 0.5, angka koefisien lift mulai menunjukkan penurunan lagi hingga
h/D mendekati 1.
Bentuk bodi mobil
1.
Convertible
Pada dasarnya,
mobil yang atapnya bisa dilipat termasuk ke dalam kategori mobil convertible.
Dengan begitu, mobil ini bisa diubah pada bagian atapnya, apakah mau menjadi
mobil tertutup atau menjadi mobil dengan atap terbuka. Model convertible juga
dibagi menjadi 2 macam, soft-top dan hard-convertible.
Untuk soft-top sendiri atapnya terbuat dari bahan kanvas,
sedangkan hard-convertible atapnya tetap terbuat dari bahan plastik
atau baja.
2.
Coupe
Mobil coupe merupakan
mobil dengan bentuk yang atapnya cenderung menurun ke arah belakang. Jenis
mobil coupe ini biasanya hanya mempunyai 2 kursi, namun
nyatanya ada juga yang mempunyai 4 kursi.
3.
Hatchback
Mobil yang
masuk ke dalam kategori hatchback adalah mobil yang menyatukan
kabin penumpang dengan ruang bagasi. Biasanya mobil hatchback hadir
dengan jumlah 5 pintu, 4 pintu khusus untuk akses keluar/masuk penumpang, dan 1
pintu khusus untuk memasukkan barang ke dalam bagasi. Dimensi mobil hatchback termasuk
kecil, sehingga kerap kali mobil ini juga dijuluki sebagai city car.
4.
Sedan
Sedan biasa
juga disebut dengan mobil saloon. Mobil sedan pada dasarnya
mempunyai kapasitas 5 orang penumpang, 2 di bagian depan, dan 3 di bagian
belakang. Pintu yang ada di mobil ini berjumlah 5 pintu, 4 pintu khusus untuk
akes penumpang, dan 1 pintu khusus untuk memasukkan barang ke bagasi. Ruang
kabin penumpang dengan bagasi juga dipisah.
5.
Sport Utility Vehicle (SUV)
Sport Utility
Vehicle atau
biasa disebut juga dengan SUV merupakan mobil yang diciptakan untuk bisa
melahap medan jalan raya maupun medan off-road. Mobil ini bisa
mengangkut penumpang sekaligus barang bawaan yang jumlahnya cukup banyak,
sehingga SUV biasanya mempunyai bentuk bodi yang cukup lumayan besar. Sistem
penggerak mobil SUV biasanya menggunakan four wheel drive, walaupun
juga masih ada beberapa yang menggunakan penggerak 2 roda.
6.
Multi Purpose Vehicle (MPV)
Mobil Multi
Purpose Vehicle atau MPV mempunyai dimensi yang lebih besar dari mobil
sedan, namun tetap mempunyai kenyamanan layaknya mobil sedan. Dengan dimensinya
yang besar, mobil MPV sanggup menampung penumpang hingga mencapai 7 orang.
7.
Station Wagon
Station Wagon
mempunyai basis yang mirip dengan sedan, namun dimensinya lebih panjang lagi
dari sedan. Hal itu lantaran bagian belakang mobil ini dipanjangkan sehingga
menyambung dengan bagasi. Dengan begitu ruang kabin penumpang dan ruang bagasi
juga menjadi satu.
8.
Jeep
Jenis mobil
Jeep memang beragam, namun ada baiknya untuk mengerti apa maksud dari mobil
jeep tersebut. Selama ini mobil Jeep lebih dipahami khususnya orang Indonesia
sebagai jenis mobil, padahal sebenarnya Jeep adalah merk mobil. Jeep sendiri
merupakan nama sebuah perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai macam
produk mobil jip sejak 1946. Kendaraan Jeep ini memang tangguh, bahkan sudah digunakan
pada jaman perang dunia. Jeep adalah ( baca mobil Amerika ) mengingat negera
produsennya berasal dari Tulodo Amerika Serikat.
Daftar Isi
Aerodinamika,
Josepth katsh
Komentar
Posting Komentar